Diantara potongan 24 jam sehari, bagiku
pagi adalah waktu yang paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring
embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah
bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga jauh di kaki gunung. Pagi,
berarti satu hari yang melelahkan telah terlampau lagi. Pagi, berarti satu
malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi. Malam-malam panjang,
gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan nafas tertahan.
Bagi orang-orang yang selalu bersyukur, rutinitas seperti
pagi yang datang setiap hari adalah salah-satu anugerah terbaik yang membuanya
berterima-kasih.
Bagi orang-orang yang selalu mengeluh, rutinitas seperti pagi yang tiba setiap hari adalah seolah siksaan, hukuman di atas dunia, maka dia selalu mengeluh apa saja, rusak setiap pagi miliknya.
Bagi orang-orang yang tidak peduli, maka rutinitas seperti pagi hari untuk yang kesekian kali ini juga tidak peduli pada orang2 tersebut. Tetap akan datang.
Bagi orang-orang yang selalu mengeluh, rutinitas seperti pagi yang tiba setiap hari adalah seolah siksaan, hukuman di atas dunia, maka dia selalu mengeluh apa saja, rusak setiap pagi miliknya.
Bagi orang-orang yang tidak peduli, maka rutinitas seperti pagi hari untuk yang kesekian kali ini juga tidak peduli pada orang2 tersebut. Tetap akan datang.
post: Tere Liye - Sunset Bersama Rossie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar